Sumber google |
Tatkala membuka mata, masih
diberikan waktu untuk melihat sinar matahari pagi. Jantung masih bisa berdetak,
telinga yang masih mendengar suara kehidupan. Anggota tubuh lain bisa
digerakkan. Syukur pada-Mu yang telah memberikan semuanya.
“Siapa yang memberikan semua
itu? Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kau dustakan?”
Melihat anak-anak, masih
Engkau berikan amanah untuk menjadi orangtua, doa mereka yang akan menjadi cahaya
kubur nanti. Teman atau saudara, masih banyak yang belum dikarunia
putra walaupun usia pernikahannya telah sekian tahun bahkan puluhan. Segala
upaya dilakukan sebagai ikhtiar untuk mendapatkan keturunan.
“Siapa yang memberikan anak,
pewaris keturunan keluarga? Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kau dustakan?”
Saat keluarga, saudara atau tetangga
yang terbaring sakit, betapa berharga mahal arti sehat. Walau harta berlimpah, namun
banyak larangan dokter yang harus dipatuhi, untuk tidak makanan jenis tertentu.
Tak sedikit biaya yang dikeluarkan demi sebuah kesembuhan. Namun tetap penting
untuk tidak berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makanan. Berpuasa sebagai salah
satu upaya menjaga kesehatan, selain berolahraga.
“Siapa yang memberikan sehat?
Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kau dustakan?”
Hamparan bumi yang dipijak,
dengan seluruh isinya, betapa Allah maha kaya menyediakan untuk semua Mahluk
ciptaan-Nya. Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kau dustakan?
Berkali-kali Allah menyebut dalam surat Ar Rahman,"Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kau dustakan?". Apa sesungguhnya yang dapat kita renungkan dari ayat tersebut.
Allah yang seharusnya
menjadi cinta pertama kita. Apa yang telah kita lakukan untuk meraih cinta-Nya.
Membuka Kalam Ilahinya bila sisa waktu. Astagfirullah ....Ampuni kami ya
Rabb.
Kebahagiaan ada dalam hati yang
tenang, serta rasa syukur atas segala nikmat yang diberikan. Wujudkan dengan
menjadi umat-Nya yang bermanfaat. Minimal bagi keluarga.
11 Juni 2014
Motivasi dari seminar ESQ