"MENULISLAH YANG IKHLAS, AGAR ILMUMU TERWARIS, AGAR MATIMU TAK MEMBAWA TANGIS, AGAR MASA DEPANMU TAK MIRIS, KARENA KISAH HIDUPMU SUDAH BERJALAN MANIS" ~FROM KUPER TO SUPER~

Sabtu, 22 Maret 2014

Ternyata Dia Muslimah



Putih, bersih, cantik, tidak terlalu pendek maupun tinggi posturnya. Ditambah kaca mata minusnya yang menghiasi wajahnya. Sekilas seperti perawakan orang china. Sering kulihat wajahnya di bus yang sama dalam perjalananku pulang dari kantor. Ku tak berani menyapa, senyumnya juga tidak diberikan kepada yang tak dikenalnya .

Saat umat muslim melaksanakan puasa Ramadhan, jam menunjukkan waktu adzan magrib diapun segera mengambil minum dari botol yang dia bawa beserta makan bekalnya. Tapi masih ku meraba, betulkah dia muslim ?. Walaupun di landa penasaran, ku belum berani bertegur sapa juga.

Satu bulan Ramadhan sudah lewat, setiap hari Senin dan Kamis, saat terdengar kumandang adzan, dari bangku bus tempatku duduk tak jauh darinya, kulihat lagi dia mengambil minuman dan makanan kecil. Cewek misterius ini seperti mempunyai magnet dan lagi-lagi ku tak mampu untuk menyapa, hanya melihat dari jauh dengan kursi yang ditempatinya dengan seribu macam pertanyaan yang belum terjawab.

Saat berangkat kerja dalam bus yang sama menuju Jakarta kembali kulihat dia, tapi ada yang berbeda dengan penampilannya, rambutnya telah tertutup hijab. Subhanallah, aku tak percaya. Ternyata dia muslimah. Tapi dia segera akan turun di lampu merah. Ku hanya melihat dari balik jendela bus, cantik sekali mahluk ciptaan Allah yang satu ini.

Ku berharap sore nanti atau esok dapat bertemu lagi dengannya agar rasa penasaranku lenyap dari pikiran. Alhamdulillah, doaku terkabul saat pulang kerja kulihat dia juga sudah ada diterminal menunggu bus jurusan yang sama datang.

Aaah aku tak mau melewatkan hari ini untuk segera ngobrol dengannya. Ku tebar senyum saat dia melihatku. Saat bus datang kubiarkan dia masuk dulu , kuikuti dia duduk dimana. Dia memilih bangku yang hanya dua kursi, kebetulan kosong disebelahnya karena masih belum banyak penumpang diterminal.

“Boleh saya duduk disini?” tanyaku penuh harap.

“Oh, ya silahkan, Mbak” jawabnya.

Segera kubuka percakapan,” Maaf, cantik sekali mbak pakai kerudung merah ini”

Tersipu dia,”aah Mbak bisa saja”. Manis sekali senyumnya dengan lesung pipit di kedua pipinya.

“Oh ya, namanya siapa?”

“Nama saya, Mira, Mbak sendiri siapa namanya ?” balik dia bertanya

Kuperkenalkan namaku padanya. “Sudah lama saya sering melihat Mbak Mira di bus, maafkan saya, sebelumnya mengira kalau Mbak Mira bukan muslimah, Mualaf ya mbak?” tanyaku.

“Nggak apa-apa mbak, saya asli muslimah sejak lahir, orang tua saya dari Riau, dan bukan mualaf, Mbak.”
“Sekali lagi maafkan saya, sering melihat Mba Mira di bus. Saat adzan terdengar, saya lihat mbak seperti berbuka puasa” saya merasa sangat bersalah berprasangka yang tidak pada tempatnya.

“Mbak Mira, rajin puasa sunah, Senin-Kamis, ya?”
Dia tersenyum,”Baru belajar, Mba”

Kebetulan bersamanya di bus hari Kamis, saat adzan Magrib terdengar. Dia segera berbuka puasa, dan menawarkan coklat
”Ibu dan adik sudah memakai kerudung, saya yang belum, tapi dalam hati ingin memakai kerudung” ceritanya lagi.
Aku hanya manggut-manggut saja, sambil menikmati coklat yang diberikan olehnya. Tapi dalam hati ku memujinya, sudah cantik, berhijab, rajin juga puasa sunah.

Kami saling bertukar pin bb. Sepanjang perjalanan biasanya penumpang akan tidur ditengah kemacetan jalan dan panasnya bus tak hiraukan oleh sesaknya penumpang. Memanfaatkan waktu untuk istirahat karena perjalanan yang lumayan jauh, Jakarta-Tangerang.
Tapi berbeda dengan hari ini, saat kami sudah akrab seperti sahabat lama yang baru bertemu. Bertukar cerita banyak hal tentang keluarga, pekerjaan dan lainnya. Tak terasa perjalananku sudah hampir sampai tempat turun bus. Ku pamit padanya untuk turun duluan.

”Assalamu’alaikum, mohon doa restunya Mbak, saya akan menikah tanggal 9 Februari, acaranya di Riau”pesan singkat bbm dari Mira.
Segera kubalas,”Selamat ya Mira, semoga mendapatkan pernikahan yang Barokah"

Alhamdulillah kabar yang indah ku terima, setelah sepuluh hari, kami tak bertemu, kabar pernikahannya yang ku dapat. Menyempurnakan separuh dien telah dikaruniakan kepadanya, semoga tetap istiqomah dengan hijabmu, sahabat baruku Mira.

Dari sini ku belajar untuk tidak melihat orang lain dari kulit luarnya saja, karena ternyata dia lebih mulia, lebih baik dari persangkaan kita.

Tangerang, 2 Maret 2014

0 komentar:

Posting Komentar