Pembagian
catering makan siang di tenda sudah dibuka, antrian sudah panjang. Aku, dan yang lain segera mengantri, karena
disini harus gerak cepat. Bila tidak, bisa tertinggal acara yang lain, susah
menyusulnya.
“Apel jelek amat sih” ucap salah satu temanku
kusebut namanya Rosita
“Memang kenapa
Ros dengan Apelmu?” sahutku
“Lihat saja,
jelek banget kotor begini” Rosita sepertinya kesal sekali
“Ya sudah,
tinggal dikupas saja, jadi kulitnya yang kotor tidak terlihat lagi kan?” bujukku
Di Mina tenda-tenda
telah disediakan, jamaah haji tidak memasak, mereka sudah mendapat konsumsi
juga baik sarapan pagi, makan siang ataupun makan malam. Nasi, lauk, buah
lengkap tersaji, jangan bosan dengan menu yang ada. Mau protes masak sendiri
saja he he he.
Alhamdulillah
terasa nikmat, karena tak mungkin dengan kelelahan yang ada harus memasak.
Bukankah tujuannya ibadah yang harus dimaksimalkan?, walaupun urusan perut juga
penting, tapi jangan jadi alasan untuk mengurangi kenikmatan dalam beribadah.
********
Hari kedua di
Mina, setelah sarapan pagi kami masih harus melanjutkan melempar Jumroh. Dengan
bimbingan pimpinan rombongan haji, kami siap melontar batu (kerikil) ke tiang
bangunan. Masing-masing dengan 7 kerikil ketiga Jumrah yaitu Ula, Wustha dan Aqabah. Sebagai
simbol perlawanan dan permusuhan kita kepada Syetan.
Selesai
melempar jumrah, ada yang berbelanja untuk oleh-oleh sanak saudara. Ada juga yang
istirahat di tenda memperbanyak ibadah dengan dzikir atau tilawah Al Qur’an.
Waktu berjalan cepat, siangnya kami seperti hari sebelumnya mengantri catering,
dan buah yang disajikan sama dengan kemarin Apel lagi. Biasanya buah yang
disajikan berganti Pisang, Apel, atau Jeruk.
Rosita memilih
Apel yang bagus sekali, tak mau seperti yang kemarin terlihat kotor. Kamipun
makan bersama. Namun ada yang aneh pada Apel Rosita, begitu dibuka dalamnya,
tak bisa dimakan.
sumber google |
“Astagfirulah
...” ucap Rosita
Sadar akan
kesalahan yang telah diperbuatnya, kemarin mencela Apel yang kotor, namun
dalamnya enak dimakan. Berulangkali dia ucapkan istighfar, sangat menyesali apa
yang telah dilakukan. Apalagi di Tanah Mekah dimana doa-doa diijabah, haruslah
berhati-hati.
Mungkin itulah
beda Apel Mekah dan Apel Indonesia, walaupun sama merahnya namun jangan lupa
untuk selalu mensyukuri nikmat karuniaNya.
Sepenggal
catatan Haji th. 2008
Jum’at, 11
April 2014
0 komentar:
Posting Komentar