Di kota kelahiran ibu dan bapak inilah aku dilahirkan,
tepatnya di Purworejo, Jawa Tengah. Kota kecil di selatan Jawa Tengah
ini disebut Kota Pensiunan. Entah mengapa disebut Kota Pensiunan. Kalau
menurutku karena banyak yang orang asli Purworejo bila mereka merantau
sudah pensiun, akan kembali tinggal di Purworejo. Selain itu tak ada
mall, tempatnya adem dan ayem. Haa haa sedikit dipaksakan pendapatku.
Banyak pahlawan Nasional lahir dari kota ini diantaranya Jendral Ahmad
Yani, WR.Soepratman, Sarwo Edhie Wibowo dan masih banyak lagi.
Dua hari sebelum Idul Adha, ibu yang hamil anak pertama masuk
Rumah Sakit Kasih Ibu. Karena tanda-tanda melahirkan sudah terasa. Sudah
2 hari di rumah sakit bayinya tak kunjung keluar. Bapakku setia
menunggu ibu di rumah sakit.
Allahu Akbar,
Allahu Akbar, Allahu Akbar, gema takbir tanda Hari Raya Idul Adha
berkumandang. Bapakpun pulang ke rumah simbah untuk persiapan
melaksanakan Sholat Id. Rumah simbah tak jauh dari rumah sakit, Ibu
ditunggu saudara perempuannya.
Saat bapak
pulang, ibu merasakan mulas yang luar biasa. Bapakpun dipanggil kembali
untuk ke rumah sakit. Tak lama bapak datang, jabang bayipun lahir. Tepat
di hari Raya Idul Adha, 6 September 1984, bayi laki-laki sehat, gemuk,
rambut hitam lebat, hidung mancung dan pastinya ganteng segera
diadzankan oleh bapak.
Anak pertamanya ini
diberikan nama Adha Setya Nugroho. Kata ibu arti namaku, anugerah
terbesar dari sebuah kesetiaan. Kesetiaan ibu dan bapak, namanya juga
berpengaruh padaku. Akupun tetap setia sampai sekarang dengan istriku he
he he. Nama panggilan kecilku Hoho, mungkin karena aku gendut seperti
Boboho.
******
Belum genap satu
bulan, aku dibawa oleh orang tua ke Tegal. Di kota Bahari inilah ibuku
tersayang bekerja sebagai abdi negara. Mendidik anak-anak penerus
generasi bangsa ini, profesi yg sangat mulia menurutku, dan kubangga
padanya.
Sebelum menikah, bapak bekerja di
Ibukota Negara kita tercinta, Jakarta. Setelah aku lahir, bapak tinggal
bersama ibu di Tegal. Masa kecilku sangat indah, setiap hari ditemani
bapak dan ibu. Sebelum tidur selalu didongengin oleh bapak sambil
diisik-isik (diusap-usap) punggungku. Itu yang selalu kukangenin sampai
sekarang.
Saat itu bapak belum mendapat pekerjaan
tetap, beliau orang yang tak bisa tinggal diam, maka mulailah usaha
ternak burung puyuh dirumah. Giziku pasti terpenuhi, karena hampir
setiap hari makan telur puyuh, untung saja tidak sampai bisulan. Oh iya
kami tinggal dirumah dinas, alhamdulillah ibu dapat jatah dari
pemerintah untuk menempatinya di SD inpres itu, sehingga tidak pusing
dengan urusan mengontrak rumah.
Saat aku mulai
masuk sekolah Taman kanak-kanak, hanya satu hari aku bersekolah di TK
alias tidak tamat. Karena dihari pertama masuk sekolah, langsung disuruh
kerja bakti mencabut rumput di halaman sekolah, dan tidak mendapat
bubur kacang ijo (that’s me).
“Ibu, aku pokoknya nggak mau sekolah TK lagi!”
“Kenapa Mas?”
“Karena aku habis cabutin rumput, tidak dikasih bubur kacang hijau!”
Sebelum
masuk TK, aku suka bermain disana melihat anak sekolah TK setelah kerja
bakti akan mendapatkan bubur kacang hijau. Aku kecewa sekali karena
pada hari itu, aku dan teman-teman tidak dibagi bubur oleh bu guru. Ya
sampe sekarang memang hobiku makan he he he.
Bersambung....
0 komentar:
Posting Komentar