"MENULISLAH YANG IKHLAS, AGAR ILMUMU TERWARIS, AGAR MATIMU TAK MEMBAWA TANGIS, AGAR MASA DEPANMU TAK MIRIS, KARENA KISAH HIDUPMU SUDAH BERJALAN MANIS" ~FROM KUPER TO SUPER~

Sabtu, 22 Maret 2014

Cerita Untuk Anakku (Part 1)

        Di kota kelahiran ibu dan bapak inilah aku dilahirkan, tepatnya di Purworejo, Jawa Tengah. Kota kecil di selatan Jawa Tengah ini disebut Kota Pensiunan. Entah mengapa disebut Kota Pensiunan. Kalau menurutku karena banyak yang orang asli Purworejo bila mereka merantau sudah pensiun, akan kembali tinggal di Purworejo. Selain itu tak ada mall, tempatnya adem dan ayem. Haa haa sedikit dipaksakan pendapatku. Banyak pahlawan Nasional lahir dari kota ini diantaranya Jendral Ahmad Yani, WR.Soepratman, Sarwo Edhie Wibowo dan masih banyak lagi.

        Dua hari sebelum Idul Adha, ibu yang hamil anak pertama masuk Rumah Sakit Kasih Ibu. Karena tanda-tanda melahirkan sudah terasa. Sudah 2 hari di rumah sakit bayinya tak kunjung keluar. Bapakku setia menunggu ibu di rumah sakit.

        Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, gema takbir tanda Hari Raya Idul Adha berkumandang. Bapakpun pulang ke rumah simbah untuk persiapan melaksanakan Sholat Id. Rumah simbah tak jauh dari rumah sakit, Ibu ditunggu saudara perempuannya.

       Saat bapak pulang, ibu merasakan mulas yang luar biasa. Bapakpun dipanggil kembali untuk ke rumah sakit. Tak lama bapak datang, jabang bayipun lahir. Tepat di hari Raya Idul Adha, 6 September 1984, bayi laki-laki sehat, gemuk, rambut hitam lebat, hidung mancung dan pastinya ganteng segera diadzankan oleh bapak.

      Anak pertamanya ini diberikan nama Adha Setya Nugroho. Kata ibu arti namaku, anugerah terbesar dari sebuah kesetiaan. Kesetiaan ibu dan bapak, namanya juga berpengaruh padaku. Akupun tetap setia sampai sekarang dengan istriku he he he. Nama panggilan kecilku Hoho, mungkin karena aku gendut seperti Boboho.

******

      Belum genap satu bulan, aku dibawa oleh orang tua ke Tegal. Di kota Bahari inilah ibuku tersayang bekerja sebagai abdi negara. Mendidik anak-anak penerus generasi bangsa ini, profesi yg sangat mulia menurutku, dan kubangga padanya.

      Sebelum menikah, bapak bekerja di Ibukota Negara kita tercinta, Jakarta. Setelah aku lahir, bapak tinggal bersama ibu di Tegal. Masa kecilku sangat indah, setiap hari ditemani bapak dan ibu. Sebelum tidur selalu didongengin oleh bapak sambil diisik-isik (diusap-usap) punggungku. Itu yang selalu kukangenin sampai sekarang.

      Saat itu bapak belum mendapat pekerjaan tetap, beliau orang yang tak bisa tinggal diam, maka mulailah usaha ternak burung puyuh dirumah. Giziku pasti terpenuhi, karena hampir setiap hari makan telur puyuh, untung saja tidak sampai bisulan. Oh iya kami tinggal dirumah dinas, alhamdulillah ibu dapat jatah dari pemerintah untuk menempatinya di SD inpres itu, sehingga tidak pusing dengan urusan mengontrak rumah.

      Saat aku mulai masuk sekolah Taman kanak-kanak, hanya satu hari aku bersekolah di TK alias tidak tamat. Karena dihari pertama masuk sekolah, langsung disuruh kerja bakti mencabut rumput di halaman sekolah, dan tidak mendapat bubur kacang ijo (that’s me).

“Ibu, aku pokoknya nggak mau sekolah TK lagi!”

“Kenapa Mas?”

“Karena aku habis cabutin rumput, tidak dikasih bubur kacang hijau!”

Sebelum masuk TK, aku suka bermain disana melihat anak sekolah TK setelah kerja bakti akan mendapatkan bubur kacang hijau. Aku kecewa sekali karena pada hari itu, aku dan teman-teman tidak dibagi bubur oleh bu guru. Ya sampe sekarang memang hobiku makan he he he.

Bersambung....

0 komentar:

Posting Komentar