"MENULISLAH YANG IKHLAS, AGAR ILMUMU TERWARIS, AGAR MATIMU TAK MEMBAWA TANGIS, AGAR MASA DEPANMU TAK MIRIS, KARENA KISAH HIDUPMU SUDAH BERJALAN MANIS" ~FROM KUPER TO SUPER~

Selasa, 23 Juni 2015

RENUNGAN SHUBUH AHMAD RIFAI RIFAN

BAIK SAJA. TANPA PERLU MERASA
------------------------------

"Memang sih prestasinya hebat, tapi buat apa, dia nggak sholat."
"Saya akui dia memang gadis cerdas. Tapi sayang, nggak berhijab."
"Dia emang tekun ibadah. Tapi buat apa kalo banyak bid'ahnya."
.
Saat menyaksikan orang lain berbuat maksiat, kita lebih mudah merasa lebih mulia, ketimbang memandang dia sebagai manusia yang masih berproses menuju kualitas diri yang masih mungkin berubah, bahkan lebih baik dari kita. Saat melihat orang yang berbuat salah, kita cenderung lebih mudah meremehkannya, ketimbang melihatnya sebagai kesempatan yang disediakan oleh Allah untuk kita menambah puing kebaikan.
.
Betapa indahnya jiwa yang bisa berbuat baik, tanpa merasa lebih baik dari orang lain. Betapa indahnya akhlak seorang muslimah yang berhijab dan ,menutup aurat dengan benar, tanpa memandang rendah perempuan di sekitarnya yang menurutnya belum menutup auratnya dengan benar. Betapa indah akhlak orang yang melaksanakan ibadah sesuai sunnah, tanpa memandang rendah orang di sekitarnya yang menurut pemahamannya, belum melaksanakan ibadah sesuai dengan yang diteladankan oleh Rasul-Nya.
.
Apakah mudah menjadi orang baik tanpa perlu merasa lebih baik dari orang lain? Mungkin tak mudah, tapi insyaAllah bisa. Seringkali ketidakmudahan itu karena dalam diri kita belum tumbuh sebuah kesadaran bahwa hidup ini sebuah proses. Kita yang ketika memandang orang jahat lalu mengklaimnya sebagai ahli neraka, sejatinya mengabaikan adanya kemungkinan bahwa dia bisa berubah. Padahal, selama manusia masih hidup, selama itu pula beragam kemungkinan bisa saja terjadi.
.
Ada sebuah kalimat dari Ibnu Al-Jauzi yang ketika membaca untuk yang pertama kalinya, membuat saya kaget. Dalam Shaid Al-Khatir, Ibnu Jauzi mengungkapkan bahwa lebih baik engkau berbuat maksiat lalu kau menyesal karenanya, ketimbang kau berbuat kebaikan, lalu kau menjadi sombong karenanya. Saya baca kalimat itu beberapa kali, hingga tak terasa, ingin nangis rasanya.
.
Betapa sering diri ini menyombongkan perbuatan baik, merasa diri lebih mulia, lebih shalih, lebih taat, lebih dekat kepada Allah daripada orang lain. Betapa banyak dari kita yang seringkali merasa lebih pandai, lebih berilmu, lebih benar, sehingga dengan mudah mengklaim, orang yang tak sepaham dengan kita, salah, bahkan sesat. Betapa banyak dari kita yang dengan sombongnya merasa bahwa hanya kita yang paling dekat dengan sunnah, sehingga orang yang tak sependapat dengan kita adalah para ahli bid'ah. Astaghfirullah.
.
Berbuat baik saja. Tanpa perlu merasa baik. Alim itu baik, tapi merasa alim itu kesombongan. Shalih tentu hebat, tapi merasa shalih, itu keangkuhan. Tekun beribadah itu baik, tapi merasa mulia, itu tipuan syetan. Dekat kepada sunnah, tentu baik. Tapi mengklaim diri yang paling benar, tentu bukan tindakan yang bijak. Berhijab tentu baik, tapi memandang rendah orang yang belum berhijab, itu yang tak baik. Berbuat baik saja lah, tanpa perlu merasa lebih mulia dari orang lain. Mari jadi orang yang pandai, baik, shalih, berprestasi, berkontribusi bagi sebanyak mungkin sesama. Tanpa merasa perlu pengakuan dari orang lain. Bahkan tanpa merasa perlu pengakuan dari diri sendiri.
.
Bukankah tak sedikit orang yang dulunya berperilaku buruk, tetapi di ujung hidupnya ia berubah menjadi orang baik. Tak sedikit pula orang baik, yang di penghujung hidup, menjadi orang yang berakhlak buruk. Hidup adalah proses. Betapa sejuknya hati kita, jika melihat orang berbuat buruk, yang terbersit dalam hati bukan, 'Awas, dia orang tidak baik', tapi 'Dia belum baik, mari kita bantu dia berproses'.
.
Betapa damainya jiwa yang ketika menyaksikan keburukan, dia senantiasa berdoa, "Semoga Allah mengaruniainya hidayah. Bisa jadi kelak dia lebih baik dari kita." Betapa damainya jiwa yang ketika menyaksikan orang yang berbuat baik, ia senantiasa berdoa, "Semoga Allah istiqomahkan dia dalam kebaikan, dan memberi hidayah kepada kita agar bisa meneladani kebaikannya."
.
Wallahu a'lam,
.
Ba'da Shubuh, 6 Ramadhan 1436 H
.
Ahmad Rifa'i Rif'an

0 komentar:

Posting Komentar